, , ,

Gubernur DKI Pramono Anung: Bullying di Sekolah Tak Boleh Terulang

oleh -62 Dilihat

Jangkauan Jakarta Utara – Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menegaskan bahwa tindakan perundungan (bullying) di lingkungan sekolah tidak boleh terulang dalam bentuk apa pun. Hal itu disampaikan menyusul maraknya kasus kekerasan antarpelajar yang kembali mencuat di beberapa sekolah di Ibu Kota dalam beberapa bulan terakhir.

Pernyataan tegas itu disampaikan Gubernur Pramono saat menghadiri kegiatan “Deklarasi Sekolah Ramah Anak dan Anti-Bullying” di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (16/10). Acara tersebut diikuti oleh ratusan kepala sekolah, guru, dan perwakilan pelajar dari lima wilayah kota administrasi Jakarta.

Gubernur: Sekolah Harus Jadi Ruang Aman Bagi Semua Anak

Dalam sambutannya, Gubernur Pramono menekankan bahwa sekolah bukan hanya tempat menuntut ilmu, tetapi juga ruang pembentukan karakter dan empati sosial. Karena itu, segala bentuk kekerasan, diskriminasi, dan perundungan harus diberantas dari dunia pendidikan.

“Sekolah harus menjadi tempat yang aman, nyaman, dan inklusif bagi semua anak. Tidak boleh ada lagi kejadian bullying yang melukai fisik maupun mental peserta didik,” tegas Pramono dengan nada serius.

Ia juga meminta seluruh kepala sekolah dan guru untuk aktif melakukan pencegahan dan deteksi dini terhadap potensi terjadinya perundungan di lingkungan sekolah.

“Begitu ada tanda-tanda anak merasa terisolasi, takut, atau menjadi korban ejekan, guru harus turun tangan. Jangan menunggu sampai ada korban,” ujarnya.

Program Sekolah Ramah Anak dan Pelatihan Guru

Sebagai langkah konkret, Pemprov DKI melalui Dinas Pendidikan dan Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) tengah memperkuat program Sekolah Ramah Anak yang telah berjalan sejak 2020.

Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Purwanto, menjelaskan bahwa program ini kini difokuskan pada peningkatan kapasitas guru, konselor, dan tenaga kependidikan dalam menangani kasus perundungan.

“Kami sudah memulai pelatihan bagi guru dan wali kelas agar bisa mengenali tanda-tanda bullying, melakukan pendekatan persuasif, serta membangun komunikasi positif antara guru, siswa, dan orang tua,” jelas Purwanto.

Selain itu, Pemprov DKI juga mengembangkan platform aduan daring “Jakarta Aman Anak”, yang memudahkan masyarakat dan pelajar melaporkan tindak kekerasan atau perundungan secara anonim.

Gubernur DKI
Gubernur DKI

baca juga: Ledakan Guncang SMAN 72 Jakarta, Polisi Temukan Bahan Diduga Bom Rakitan dan Airsoft Gun

Libatkan Orang Tua dan Siswa

Gubernur Pramono menilai, upaya pencegahan bullying tidak bisa hanya dilakukan di sekolah, tetapi juga harus melibatkan keluarga dan lingkungan sekitar.

“Pendidikan karakter dimulai dari rumah. Orang tua harus ikut berperan dalam membangun empati anak dan mengajarkan mereka untuk menghormati perbedaan,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, sejumlah perwakilan orang tua murid juga hadir dan menyatakan dukungannya terhadap langkah Pemprov DKI. Salah satu wali murid dari SMP Negeri 72 Jakarta, Nur Aisyah, menilai program ini penting karena banyak anak-anak yang masih takut melapor ketika menjadi korban perundungan.

“Anak-anak sering diam karena takut dianggap lemah. Program ini bisa memberi keberanian bagi mereka untuk berbicara,” ujarnya.

Kasus Bullying Jadi Evaluasi Sistem Pendidikan

Gubernur Pramono juga menyinggung beberapa kasus perundungan yang sempat viral di media sosial dalam dua bulan terakhir. Ia menyebut, setiap kejadian menjadi bahan evaluasi bagi sistem pendidikan di Jakarta, agar ke depan tidak lagi terulang.

“Kita tidak boleh hanya bereaksi setelah ada korban. Harus ada sistem yang mencegah, bukan hanya menghukum,” tegasnya.

Ia juga menekankan bahwa pelaku perundungan, terutama di kalangan pelajar, harus mendapatkan pendekatan edukatif dan pembinaan psikologis, bukan sekadar sanksi disiplin.

“Anak yang melakukan bullying juga harus dibina, karena bisa jadi mereka adalah korban dari lingkungan yang tidak sehat. Kita ingin memutus rantai kekerasan sejak dini,” tambahnya.

Ajak Semua Pihak Bangun Budaya Sekolah Positif

Menutup acara, Gubernur Pramono mengajak seluruh elemen—guru, siswa, orang tua, dan masyarakat—untuk membangun budaya sekolah positif yang berlandaskan nilai-nilai kasih sayang, toleransi, dan solidaritas.

“Tidak ada pembangunan yang lebih penting daripada membangun karakter anak bangsa. Jika anak-anak kita tumbuh dalam lingkungan yang penuh empati, maka masa depan Jakarta akan lebih baik,” pungkasnya.

Acara deklarasi tersebut diakhiri dengan pembacaan Ikrar Sekolah Anti-Bullying oleh perwakilan siswa, disaksikan langsung oleh Gubernur, pejabat Pemprov, serta ratusan peserta yang hadir.

Langkah tegas Pemprov DKI ini diharapkan menjadi tonggak perubahan budaya pendidikan di Jakarta menuju sekolah yang benar-benar aman, inklusif, dan berkarakter.

Shoppe Mall

No More Posts Available.

No more pages to load.